Gadis 12 tahun kabur bersama kekasihnya yang dikenal lewat situs game online
Dilansir dari Haibunda, Zhang dan Lei diam-diam memikirkan cara agar Lei pergi naik kereta dari rumahnya. Kemudian, pemuda yang diketahui berusia 15 tahun itu akan menjemput Zhang di daerah Dazhoi, sebelum membawanya kembali ke rumah.
Ayah Zhang ternyata mengetahui rencana anaknya akan kabur bersama pacarnya. Dengan cepat, ia menghubungi polisi pada 26 November 2019.
Beberapa hari kemudian, keamanan Jilin Railway memperlihatkan video pasangan tersebut pergi naik kereta. Ketika ditanya Lei mengaku ia hanya kenal Zhang lewat video game, beberapa bulan lalu dan telah berpacaran.
Setelah konflik dengan orang tuanya, Zhang menolak untuk kembali ke rumah. Ia merencanakan untuk mencari Lei di Taiyuan dan tinggal dengannya. Zhang akan kembali ke rumah orang tuanya kalau sudah menemukan pekerjaan.
Bahkan ketika ditangkap keamanan, Lei tetap bersikeras bahwa ia bisa memberikan nafkah untuk Zhang. Lei mengklaim bisa mendapatkan 1800 yuan atau sekitar Rp3,5 juta setiap bulan.
Ia berencana untuk menyewa tempat dan menjamin kehidupan yang nyaman dengan game online di rumah untuk Xiao Zhang. Kalau semua harapannya hilang, Lei akan membawa Zhang ke luar negeri.
Dengan bantuan beberapa penumpang, polisi berhasil menasihati pasangan muda itu. Mereka kemudian dibawa pulang ke orang tua masing-masing.
Fenomena pernikahan dini
Pernikahan anak diusia yang masih dini memang masih menjadi polemik Moms. Tak hanya di negara China saja, tapi di Indonesia pun kisah pernikahan anak di bawah umur masih marak terjadi dan selalu menjadi sorotan, baik bagi aktivis perempuan atau pemerhati anak.
Tak sedikit anak-anak usia sekolah dimana diwajibkan untuk menempuh pendidikan dasar 9 tahun harus putus sekolah akibat menikah di usia yang masih belia. Hal ini tentu saja tak hanya merugikan si anak karena tak bisa menempuh jenjang pendidikan seperti teman-teman seusianya, namun juga memiliki dampak psikologis sendiri, apalagi jika nantinya sudah memiliki anak.
Menurut psikolog Novita Tandry MPsych, pernikahan dini akan merugikan untuk anak. Meskipun si anak sendiri yang meminta untuk menikah.
"Kalau di usia dini itu istilahnya absorbent mind, menyerap segala suatu tanpa difilter. Kalau orang tua terus repetisi atau mengulang dan bahas tentang perkawinan, tentunya anak akan belajar dari repetisi," kata Novita.
Ketika anak ingin menikah dini tanpa paksaan, tanpa disadari itu terbentuk sejak kecil. Orang tuanya selalu menceritakan pernikahan di usia sangat muda. Oleh karena itu, ini akan menjadi perhatian bagi kita para orangtua, coba lebih peka terhadap anak. Bercerita mengenai pernikahan di usia belia boleh-boleh saja, namun Moms juga harus menginformasikan dampak apa yang akan ditimbulkan setelahnya jika pasangan memutuskan untuk menikah di usia dini.